Pentingnya Asesmen Bagi Anak Usia Dini
Bagaimana assesment dilakukan?
Guru dapat melakukan pengamatan dengan mendampingi anak bermain sambil mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemantik, scaffolding dan motivasi/penguatan. Dalam proses kegiatan tersebut guru bisa mendapatkan data untuk asesmen, misalnya dari respon/jawaban anak, dari gestur anak, ide atau imaginasi yang disampaikan anak, hasil karya yang dibuat anak, cara anak berinteraksi dan berkolaborasi dan lain sebagainya.
Selanjutnya, jika kita lihat dalam konteks keseluruhan assesmen awal ini mampu memberikan'dukungan individu' yang diharapkan dapat membantu mengidentifikasi anak-anak yang mengalami keterlambatan atauun kemajuan perkembangan. Nah kalau begitu, lalu apa bedanya dengan assesmen otentik? Ayah Bunda dalam melakukan assesmen awal tentu harus diikuti dengan assessment otentik karena dalam mendignosa perkembangan anak membutuhkan keaslian data (apa adanya) tanpa dibuat-buat. Jadi assesmen awal dilakukan dengan otentik. Berikut, mari kita lihat pembagian assesmen awal:
Assesmen awal non kognitif, yaitu melakukan penilaian di luar cakupan perkembangan kognitif anak yang meliputi berikut ini: 1) Mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi anak, 2) Mengetahui aktivitas selama di rumah, 3) Mengetahui kondisi keluarga anak, 4) Mengetahui latar belakang lingkungan sosial anak, 5) Mengetahui gaya belajar, karakter serta minat setiap anak.
Sedangkan assesmen awal kognitif meliputi: 1) Mengidentifikasi capaian perkembangan anak, 2) Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan minat, bakat dan kompetensi anak.
Ayah dan Bunda assesmen awal ini tidak terlepas dari data otentik sebagaimana yang disinggung di atas tadi, oleh karena itu jangan abaikan proses dokumentasi setiap perkembangan anak, baik melalui hasil karya, observasi, catatan anekdot, wawancara dengan keluarga dan data lainnya yang dapat menunjang proses assesmen ini.
Penulis : Ulfah Fauziah, PG PAUD Semester 7
Komentar
Posting Komentar